Teach Write Learn

 

Ketakutan yang Mewabah Akan Pandemic Corona

8 komentar

 Ketakutan yang Mewabah Akan Pandemic Corona

Pandemi Corona

Pernahkah terbayangkan oleh kita kenapa pandemic corona ini awalnya ada? Pernahkah terbersit oleh kita bahwa pandemic ini mungkin saja rekayasa manusia? Dapatkah terbayangkan jika memang ternyata pandemic corona ini sengaja dihadirkan oleh;Nya untuk membuat kita tersadar akan kesalahan-kesalahan kita di dunia? Hal-hal tersebut tentunya menjadikan sebuah tanda tanya besar yang tak mungkin terjawab secara singkat. Perlu proses peristiwa yang harus kita alami, itulah kemauan dari pandemic ini.

Dengan beragam spekulasi perihal pandemic ini yang tercipta di masyarakat umum membuat sejatinya banyak jawaban-jawaban yang beragam. Semakin membuat opini-opini yang menggiring kepada tujuan masing-masing sang pencetus opini. Namun nyatanya kita semua pada akhirnya merasa ketakutan akan efek dari pandemic yang berkepanjangan ini. Kematian salah satunya yang menjadi ketakutan masyarakat dunia yang kian hari kian bertambahnya angka mortalitas, terlebih di Indonesia.

Terlepas dari efek pandemic corona dibidang perekonomian, pendidikan, bahkan beragam sektor keduniawian nyatanya taka da yang dapat mengalahkan rasa takut akan kematian dari  efek pandemic corona ini. Tak dipungkiri memang berita sehari-hari yang kita konsumsi adalah selalu adanya berita duka. Entah itu karena seseorang yang terpapar corona ataupun justru kematian yang disebabkan rasa takut akan pandemic corona ini, sehingga memicu penyakit bawaan yang memang sebelumnya sudah ada, lantas menjadi lemah dan bisa saja memang pada akhirnya jadi lebih mudah terpapar corona.

Dalam hal ini kita harus bercermin kepada Alqur’an Hadits dalam menyikapin. Seperti halnya kisah Nabi Ayub yang mengalami penyakit yang sangat lama. Untuk itu mari kita telaah bersama agar rasa ketakutan yang membuncah setidaknya bisa berkurang dengan mencermati kisah nabi Ayub berikut.

"Nabi Ayyub memohon pada Allah dengan mengucapkan 'Wa ayyuba 'idz naada rabbahu 'annii massaniiyaddhurru wa 'anta arhamurrohimin'," Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia berdoa kepada Tuhannya : "(Ya Tuhanku) sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Maha Penyayang dari semua yang penyayang. (QS. Al Anbiya ayat 83).

Jelas sekali keyakinan nabi Ayub masih tetap sama bahwa Allah Maha Penyayang meski ia diserang penyakit. Kesabran dan keikhlasan serta keyakinan akan Allah yang Maha penyayang dari semua yang penyayang.

Kemudian doa Nabi Ibrahim terkait penyakit, sebagaimana tertulis dalam surat Asy-Syuraa ayat 80 : "Wa idzaa maridhtu fahuwa yasyfiini", yang artinya "Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku".

Dalam surat inipun kita bisa melihat keyakinna nabi Ibrahim akan kesembuhannya yang hanya Allah lah yang berkehendak. Apapun obatnya, apapun ikhtiarnya jika Allah belum berkehendak kita sembuh maka ya belum bisa sembuh. Sejatinya dekatkanlah diri kita kepada Allah agar kesembuhan bisa diizinkan.

Begitu juga disebutkan dalam hadits, "Ma’anzalallahu daa an, illa anzala lahu syifaan," (HR. Bukhori), artinya "Allah tidak akan menurunkan satu penyakit kecuali Allah turunkan juga obatnya".

Jadi setiap penyakit pasti ada obatnya. Jad ketakutan-ketakutan yang mulai bermunculan bukan merupakan efek yang diharapkan. Justru ketenangan dalam melalui proses semua inilah kunci akan datangnya kesembuhan dan jalan keluar. Sejatinya dengan adanya ikhlas dan sabar akan menjadikan pandemic penyakit ini teratasi. Seperti kisah nabi Ayub yang berusaha ikhlas dan sabar hingga pada akhirnya menemui kesembuhan. Sejatinya Allah ingin menguji kita, apakah rasa takut itu mengalahkan keikhtiaran kita kepada-Nya. Atau bisa menenangkan kita dengan berpasrah kepadanya dengan bersabar dan ikhlas.

 

Maulina Ismaya Dewi
Seorang ibu dari tiga orang anak, dan guru di sekolah yang mencintai dunia literasi. Pembelajar yang terus belajar untuk peningkatan kualitas diri, dan agar bermanfaat bagi sesama dunia akhirat. Berharap menggapai Husnul Khotimah, dan taman surga terindah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

8 komentar


  1. Semoga pandemi segera berakhir. Bagi yang sedang berjuang dengan covid, semoga diberi kesembuhan, kesehatan, dan berkumpul kembali dengan keluarga. Aamiiin. Bagi yang sehat, semoga selalu diberi imunitas fisik dan mental yang selalu kuat. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Jika Allah mau, dalam semalam pun covid ini bisa tetiba hilang. Tapi Allah mau kita bersabar dan semakin kuat. Mudah-mudahan semua segera berakhir

    BalasHapus
  3. Awalnya juga takut banget, hampir setahun nggak berani keluar rumah sampai akhirnya kami mutasi berada di kota yang lebih parah kasusnya dibanding tempat kami dulu. Di sini akhirnya kami merasakan corona pada waktunya. Dan berserah diri pada Allah membuat semua terasa lebih mudah. Nggak parno lagi meski tetap menjaga diri

    BalasHapus
  4. Nah, iya tuh mbak. Ya sempet parno sih, tapi kembali lagi, semua Allah yang atur, ya udah. Yang penting ikhtiar saja jaga diri

    BalasHapus
  5. Belajar dari Nabi Ayub. Semoga kita menjadi sosok-sosok yang sabar dengan ujian apapun dari Allah, termasuk pandemi Covid-19 ini

    BalasHapus
  6. Awal-awal takut banget si mba tapi sekarang udah sedikit bisa mengontrol rasa takutnya. Semoga pandemi ini bisa segera berakhir dan bisa bebas berkegiatan kaya dulu lagi. Aamiin

    BalasHapus
  7. Udah satu setengah tahun pandemi, dan sekarang udah jadi lebih tenang dan kalem menghadapi segala isu tentang pandemi. Dulu as awal-awal parno banget sampe denger bunyi ambulans aja langsung sakit perut

    BalasHapus
  8. Sejak awal pandemi datang, aku bersyukur karena dari sekolahnya anak sulung selalu kasih kajian2 yang langsung dipegang oleh Ustaz Budi Ashari. Jadi nggak sempat paranoid dan macam2. Udah yakin aja kalau saatnya kelar kan ya kelar. Pokoknya prokes aja, kalau pas nggak PPKM ya udah jalan2 hihi.

    BalasHapus

Posting Komentar