Teach Write Learn

 

Travelling Tersingkat dan Terekstrim ke Kota Depok

2 komentar

 

Travellig terekstrim ke Kota Depok

Traveling tersingkat dan terekstrim ke Kota Depok. Ya itulah sepertinya yang harus aku tuliskan kali ini. Seumur aku jadi anak Depok yang akhirnya menetap di kota Sukabumi baru kali inilah merasakan traveling tersingkat. Padahal itu kota kita sendiri loh, dalam artian kota kita dibesarkan yang notabene sangat mengenal dan harusnya berlama-lama. Ada apa dan kenapa? Ayo kita simak nih cerita terekstrim traveling kali ini. Semoga blog impian ku bisa terealisasi dengan kehadiran tulisan-tulisan yang ekstrim ini ya.

Rencana Silaturrahim ke Rumah Bapake Tercinta

Traveling tersingkat dan terekstrim ke Kota Depok sebenarnya diawali dengan rencana silaturrahim ke rumah orangtua yaitu bapak ku yang sudah sepuh namun masih selalu dapat mengingat kenangan-kenangan indah kami. Bapake yang selalu memberi motivasi disetiap perkataannya kepadaku. Kali ini kami berangkat bukan di saat hari libur atau sabtu minggu dan bukan tanggal merah libur nasional pula.

Keluarga kecil kami bersepakat untuk traveling ke kota Depok di hari kamis dan jumat. Karena kebetulan suami yang seorang penghulu ada saja acara pernikahan di hari sabtu minggu yang membuat kami sangat jarang wisata di kedua hari ini. Dan kebetulan pak suami tidak bisa minta digantikan oleh penghulu lainnya di saat sabtu minggu ini. Gak mungkin kan kita cancel acara pernikahan orang? Jadi sudah tentu kita yang harus mengalah.

Rencana traveling kali ini selain tujuan utama silaturrahim ke rumah bapake (bapake : panggilan kesayangan kepada bapak tercinta). Dimana kami akan berjalan-jalan seputaran kota Depok. Namun karena suasana masih covid maka kami pun belum yakin tujuan wisata yang akan kami kunjungi. Kami akan lihat mana tempat wisata yang mana saja yang sudah dibuka menurut info dari teman yang tinggal di kota Depok. Namun sepertinya belum ada yang buka.

 

Menitipkan Dua Kucing Kesayangan

Sebelum kami berangkat kami tak lupa menitipkan dua kucing kesayangan yang masih kecil kepada tetangga. Satu anak kucing sedang kurang sehat, sebetulnya anak pertamaku enggan untuk menitipkan kucing-kucing itu karena sedang tidak mau makan, namun kesempatan untuk bersilaturrahim dan traveling nyatanya hanya bisa dilakukan hari itu, maka dengan berat hati kami memberi penjelasan kepada tetangga kami untuk tetap memberi vitamin kucing yang sudah kami siapkan.

Sebenarnya ada tiga kucing dimana satu kucing anggora yang sudah besar kami bebaskan. Di lingkungan perum kami cukup aman. Kucing itu asalnya seperti kucing nyasar namun karen sering tidur di teras rumah kami maka kami sudah menganggap kucing kami juga. Kami pun menitipkan kucing anggora liar ini kepada tetangga kami untuk memberinya makan bila kucing itu sedang ada di rumah kami. Karena keseharian kucing ini bermain entah kemana lalu bila mendekati sore ia akan ke rumah kami dan tidur di depan rumah kami, seperti petugas malam  menjaga rumah kami saja ya hihi.

 

Berangkat di Saat Matahari Terbit



Malam hari sebelum paginya kami berangkat, tentunya kami harus tidur lebih awal. Terutama pa suami sebagai driver harus tidak boleh ngantuk bila berkendara. Ya, aku tidak ingin kejadian tersiram minyak saat itu terjadi dalam proses perjalanan kami meski mungkin dnegan permasalahan yang berbeda. Hal tersebut tentunya karena aku kurang tidur jadi tidak konsen. Begitupun pagi hari saat ingin berkendara, maka sang driver harus tertidur puas di malam hari.

Kali ini kami berangkat pagi di saat matahari telah menunjukkan cahaya indahnya. Dulu kami pernah berangkat sebelum subuh yang berharap cepat sampai namun nyatanya justru terjebak oleh lalu lalang truk-truk besar yang membawa barang muatan pabrik. Dan kami pun pernah berangkat setelah subuh sebelum matahari sempurna menyembulkan sinarnya, namun tetap saja kami berhenti untuk sarapan di jalan yang memotong waktu keberangkatan kami karena harus mencari-cari tempat sarapan yang wilayahnya belum kami kenali.

Pagi itu kami menyempatkan makan sarapan di dekat rumah saja hingga tidak harus mencari-cari lagi tempat sarapan karena sudah terlampau jauh dari rumah jika terlalu pagi berangkatnya. Keputusan yang tepat sekitar pukul enam kami berangkat dan diawali hunting sarapan terdekat dari rumah lalu segera berangkat dengan mobil keluarga. Perlu diketahui mobil kami mobil tua yang sudah banyak sekali menimbulkan masalah saat di jalan. Namun kali ini kami tidak mempunyai firasat sesuatu yang sangat buruk akan terjadi dengan kendaraan kami tersebut. Namun apa yang terjadi sungguh diluar perkiraan kami.

 

Mobil Mulai Bermasalah dan Mencari Penginapan


Dalam perjalanan ke Kota Depok kami tak mengira di pertengahan jalan mobil tua kami mengalami gangguan pada rem. Untung saja hal tersebut masih bisa pak suami kuasai sebagai drivernya. Namun karena kekhawatiran akan bertambah parah maka kami memutuskan untuk mencari tempat penginapan terdekat dari lokasi mobil kami di sekitaran jalan Margonda Depok.

Hotel itu ada di sebelah kanan yang menandakan kami harus memutar arah disaat mobil kami sekarat dan akhirnya kami berhenti di sana. Hotel FaVe Namanya. Kami pun check-in hingga akhirnya untuk sementara waktu cukup tenang. Sambil menunggu pukul dua siang dimana kami berlima baru bisa dapat memasuki kamar, maka kami berjalan-jalan di sekitaran hotel yang kebetulan berseberangan dengan D’Mall.

Hari melelahkan sekaligus menegangkan karena rem mobil yang tak stabil menjadi sirna seketika ketika kami cuci mata di sekitaran mall sambal hunting masker terbaru dengan varian warna kesukaan kami. Karena kami kebetulan lupa membawa lebih masker, hanya satu yang kami bawa dan dipakai saat itu. D’Mal tidak terlalu ramai dan protokol kesehatan dijalankan dengan baik sehingga membuat kami nyaman.

Dengan mencari makan siang lalu sholat dzuhur maka kami merasa sudah cukup fresh untuk meninjau kamar pesanan kami. Saat itu belum pukul dua siang namun kami teringat pesan resepsionis bahwa kami bisa sebelum jam dua memasuki kamar yang sudah mereka siapkan jika memang sudah selesai disiapakan.

Lega rasanya ketika kami akhirnya mendapat kunci kamar. Dengan pelayanan hotel yang baik membuat kami sungguh lega saat itu. Kami langsung merebahkan badan beberapa menit lalu kemudian bersiap-siap menuju rumah bapake. Setiba di rumah bapake yang tidak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap sekitar lima belas menitan saja. Kami belum berani menggunakan mobil tua kami yang sednag bermasalah itu. Kami pun menggunakan grab ke rumah bapake.

Di rumah bapake beberapa tetangga yang aku kunjungi saat itu menyarankan kmai untuk menelepon tehnisi via googling untuk mencari keberadaan tehnisi mobil terdekat. Sangat kebetulan hp kami lowbat semua dan menunda hal tersebut, karena kebetulan juga sudah sore. Kami berpikir untuk esok hari saja kami menggogling tehnisi mobil terdekat.

Sepulang kami dari bersilaturrahim ke rumah bapake dan tetangga terdekat di sana, kami pulang kembali menuju hotel. Mengapa kami tidak menginap di rumah bapake? Karena saat covid khawatir membuat tidak nyaman suasana bila rumah terlalu banyak berkumpul orang.

Karena juga memang tidak ada kamar kosong untuk kami dan kami tidak ingin memaksakan untuk menginap karena khawatir tiga keluarga kakak-kakak ku yang memiliki beberapa anak kecil yang tinggal di sana tidurnya terganggu karena kedatangan kami. Pernah suatu ketika aku terpaksa harus menginap maka satu kamar dikosongkan, itu membuat aku tidak enak jadinya.

Supir Grab snagat baik hati karena mau berhenti beberapa saat untuk menunggu aku membeli oleh-oleh. Sangat jarang yang membuka lapak saat itu. Namun untung saja ada pedagang alpukat dan ubi cilembu yang bertengger tepat di sebrang pasar. Kebetulan yang sangat indah karena bapke sangat suka alpukat dan ubi. Seperti merasakan


Mobil Bermasalah dan Hujan Lebat di Tol



Pagi hari seusai mendapat jatah sarapan yang sangat memuaskan di hotel membuat aku kekenyangan. Kami makan sepuasnya. Namun kelelahan yang sangat semalam membuat kami tertidur pulas dan lupa men charger HP kami yang sudah mati. Alhasil pagi itu yang rencananya mencari tehnisi terdekat untuk didatangkan di parkiran hotel sirna sudah. Meski demikian pa suami berusaha mencoba menghidupkan mesin karena sempat berpikir ini memmang hanya penyakit tua mobil kami saja.

Benar saja, mobil berhasil menyala dan berjalan normal. Kami pun memuruskan check out sebelum waktunya untu menyempatkan diri mampir ke Universitas Negeri Jakarta untuk sekalian legaliser ijazah dan mencari informasi pendidikan di sana. Lalu kami berharap bisa mampir kembali ke kota Depok kerumah bapake setelahnya lalu kemudian pulang ke Sukabumi. Namun di pertengahan jalan tak disangka rem kembali tak bisa di kendalikan.

Mobil pun berhenti di pinggir jalan. Hal ini bagiku hal terekstrim karena matahari sudah mulai mneyengat saat itu. Suami pun tidak bisa berhenti di masijid sekitaran untuk sholat jum’at. Bagi ku ini pengalaman yang sangat ekstrim karena hingga berjam-jam kami memperbaiki mobil dan tak jadi melegalisir ke UNJ karena TU sudah tutup.

Kamipun merencanakan pulang langsung ke Sukabumi dan tidak jadi mampir kembali ke rumah bapake. Rencana jalan-jalan ke kota Jakarta setelah usai legaliser ijazah otomatis batal. Begitupula kembali ke rumah bapake dan setidaknya mengunjungi taman kota Depok. Ya kami pernah menelusuri  taman kota Depok yang indah sehingga kami ingin sekali berkunjung kembali kesana. Tak disangka di jalan TOL menuju pulang kembali ke Sukabumi, rem tidak terkendali dan membuat kami sangat waspada. Untung saja sudah dekat degan daerah rest area dalam tol tersebut.

Di rest area kami bertemu dengan beberapa keluarga yang mengalami hal yang sama. Rupanya permaslahan terjadi saat hujan lebat malam itu di dalam tol sehingga membuat mobil menjadi tak stabil. Hujan lebat dan deras sekali mengguyur tol malam itu. Namun setelah beberapa jam kami menunggu dan menenangkan hati akhirnya pa suami mencoba kembali mesin mobil dan kami pun dapat melanjutkan kembali perjalnan pulang dan alhamdulillah selamat.

Demikian pengalaman traveling tersingkat dan terekstrim ke Kota Depok yang membuatku trauma karena sang mobil tua. Namun untung saja pelayanan hotel dan pemandangan sekitar depok menuju jakata membuat tidak terlalu ekstrim. Sungguh sesuatu yang snagat berkesan sebagai sebuah pembelajran. Persiapkan mesin mobil saat berkendara agar lebih aman. Dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk pengingat para traveling akan mesin mobil. Juga semoga tulisan ini masih menjalani kaidah-kaidah adab dalam ngeblog. Ok sampai jumpa kembali para traveller di cerita-ceruta traveling saya berikutnya. 😊

Maulina Ismaya Dewi
Seorang ibu dari tiga orang anak, dan guru di sekolah yang mencintai dunia literasi. Pembelajar yang terus belajar untuk peningkatan kualitas diri, dan agar bermanfaat bagi sesama dunia akhirat. Berharap menggapai Husnul Khotimah, dan taman surga terindah.

Related Posts

2 komentar

  1. Waaaah... Memang menegangkan ya mbak... Alhamdulillah mbak Sekeluarga tiba di tujuan dan sampai ke rumah lagi dengan aman

    BalasHapus
  2. Wah ikut deh degan nih baca pengalamannya, untung akhirnya bisa jalan lagi ya

    BalasHapus

Posting Komentar