Traveling tersingkat dan terekstrim ke Kota Depok. Ya itulah sepertinya yang harus aku tuliskan kali ini. Seumur aku jadi anak Depok yang akhirnya menetap di kota Sukabumi baru kali inilah merasakan traveling tersingkat. Padahal itu kota kita sendiri loh, dalam artian kota kita dibesarkan yang notabene sangat mengenal dan harusnya berlama-lama. Ada apa dan kenapa? Ayo kita simak nih cerita terekstrim traveling kali ini. Semoga blog impian ku bisa terealisasi dengan kehadiran tulisan-tulisan yang ekstrim ini ya.
Rencana Silaturrahim ke Rumah Bapake Tercinta
Traveling tersingkat dan terekstrim ke Kota Depok sebenarnya diawali dengan rencana silaturrahim ke rumah orangtua yaitu bapak ku yang sudah sepuh namun masih selalu dapat mengingat kenangan-kenangan indah kami. Bapake yang selalu memberi motivasi disetiap perkataannya kepadaku. Kali ini kami berangkat bukan di saat hari libur atau sabtu minggu dan bukan tanggal merah libur nasional pula.
Keluarga
kecil kami bersepakat untuk traveling ke kota Depok di hari kamis dan jumat.
Karena kebetulan suami yang seorang penghulu ada saja acara pernikahan di hari
sabtu minggu yang membuat kami sangat jarang wisata di kedua hari ini. Dan
kebetulan pak suami tidak bisa minta digantikan oleh penghulu lainnya di saat
sabtu minggu ini. Gak mungkin kan kita cancel
acara pernikahan orang? Jadi sudah tentu kita yang harus mengalah.
Rencana
traveling kali ini selain tujuan utama silaturrahim ke rumah bapake (bapake : panggilan
kesayangan kepada bapak tercinta). Dimana kami akan berjalan-jalan seputaran
kota Depok. Namun karena suasana masih covid maka kami pun belum yakin tujuan wisata
yang akan kami kunjungi. Kami akan lihat mana tempat wisata yang mana saja yang
sudah dibuka menurut info dari teman yang tinggal di kota Depok. Namun sepertinya
belum ada yang buka.
Menitipkan Dua Kucing Kesayangan
Sebelum
kami berangkat kami tak lupa menitipkan dua kucing kesayangan yang masih kecil
kepada tetangga. Satu anak kucing sedang kurang sehat, sebetulnya anak pertamaku
enggan untuk menitipkan kucing-kucing itu karena sedang tidak mau makan, namun
kesempatan untuk bersilaturrahim dan traveling nyatanya hanya bisa dilakukan hari
itu, maka dengan berat hati kami memberi penjelasan kepada tetangga kami untuk
tetap memberi vitamin kucing yang sudah kami siapkan.
Sebenarnya
ada tiga kucing dimana satu kucing anggora yang sudah besar kami bebaskan. Di
lingkungan perum kami cukup aman. Kucing itu asalnya seperti kucing nyasar namun
karen sering tidur di teras rumah kami maka kami sudah menganggap kucing kami
juga. Kami pun menitipkan kucing anggora liar ini kepada tetangga kami untuk
memberinya makan bila kucing itu sedang ada di rumah kami. Karena keseharian
kucing ini bermain entah kemana lalu bila mendekati sore ia akan ke rumah kami
dan tidur di depan rumah kami, seperti petugas malam menjaga rumah kami saja ya hihi.
Berangkat di Saat Matahari Terbit
Malam
hari sebelum paginya kami berangkat, tentunya kami harus tidur lebih awal. Terutama
pa suami sebagai driver harus tidak boleh ngantuk bila berkendara. Ya, aku
tidak ingin kejadian tersiram minyak saat itu terjadi dalam proses
perjalanan kami meski mungkin dnegan permasalahan yang berbeda. Hal tersebut
tentunya karena aku kurang tidur jadi tidak konsen. Begitupun pagi hari saat
ingin berkendara, maka sang driver harus tertidur puas di malam hari.
Kali
ini kami berangkat pagi di saat matahari telah menunjukkan cahaya indahnya.
Dulu kami pernah berangkat sebelum subuh yang berharap cepat sampai namun
nyatanya justru terjebak oleh lalu lalang truk-truk besar yang membawa barang
muatan pabrik. Dan kami pun pernah berangkat setelah subuh sebelum matahari sempurna
menyembulkan sinarnya, namun tetap saja kami berhenti untuk sarapan di jalan
yang memotong waktu keberangkatan kami karena harus mencari-cari tempat sarapan
yang wilayahnya belum kami kenali.
Pagi
itu kami menyempatkan makan sarapan di dekat rumah saja hingga tidak harus
mencari-cari lagi tempat sarapan karena sudah terlampau jauh dari rumah jika
terlalu pagi berangkatnya. Keputusan yang tepat sekitar pukul enam kami
berangkat dan diawali hunting sarapan terdekat dari rumah lalu segera berangkat
dengan mobil keluarga. Perlu diketahui mobil kami mobil tua yang sudah banyak
sekali menimbulkan masalah saat di jalan. Namun kali ini kami tidak mempunyai
firasat sesuatu yang sangat buruk akan terjadi dengan kendaraan kami tersebut.
Namun apa yang terjadi sungguh diluar perkiraan kami.
Mobil Mulai Bermasalah dan Mencari
Penginapan
Dalam
perjalanan ke Kota Depok kami tak mengira di pertengahan jalan mobil tua kami
mengalami gangguan pada rem. Untung saja hal tersebut masih bisa pak suami
kuasai sebagai drivernya. Namun karena kekhawatiran akan bertambah parah maka
kami memutuskan untuk mencari tempat penginapan terdekat dari lokasi mobil kami
di sekitaran jalan Margonda Depok.
Hotel
itu ada di sebelah kanan yang menandakan kami harus memutar arah disaat mobil kami
sekarat dan akhirnya kami berhenti di sana. Hotel FaVe Namanya. Kami pun check-in hingga akhirnya untuk sementara
waktu cukup tenang. Sambil menunggu pukul dua siang dimana kami berlima baru
bisa dapat memasuki kamar, maka kami berjalan-jalan di sekitaran hotel yang
kebetulan berseberangan dengan D’Mall.
Hari
melelahkan sekaligus menegangkan karena rem mobil yang tak stabil menjadi sirna
seketika ketika kami cuci mata di sekitaran mall sambal hunting masker terbaru
dengan varian warna kesukaan kami. Karena kami kebetulan lupa membawa lebih
masker, hanya satu yang kami bawa dan dipakai saat itu. D’Mal tidak terlalu
ramai dan protokol kesehatan dijalankan dengan baik sehingga membuat kami
nyaman.
Dengan
mencari makan siang lalu sholat dzuhur maka kami merasa sudah cukup fresh untuk meninjau kamar pesanan kami.
Saat itu belum pukul dua siang namun kami teringat pesan resepsionis bahwa kami
bisa sebelum jam dua memasuki kamar yang sudah mereka siapkan jika memang sudah
selesai disiapakan.
Lega
rasanya ketika kami akhirnya mendapat kunci kamar. Dengan pelayanan hotel yang
baik membuat kami sungguh lega saat itu. Kami langsung merebahkan badan
beberapa menit lalu kemudian bersiap-siap menuju rumah bapake. Setiba di rumah
bapake yang tidak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap sekitar lima
belas menitan saja. Kami belum berani menggunakan mobil tua kami yang sednag
bermasalah itu. Kami pun menggunakan grab ke rumah bapake.
Di
rumah bapake beberapa tetangga yang aku kunjungi saat itu menyarankan kmai untuk
menelepon tehnisi via googling untuk mencari keberadaan tehnisi mobil terdekat.
Sangat kebetulan hp kami lowbat semua dan menunda hal tersebut, karena
kebetulan juga sudah sore. Kami berpikir untuk esok hari saja kami menggogling
tehnisi mobil terdekat.
Sepulang
kami dari bersilaturrahim ke rumah bapake dan tetangga terdekat di sana, kami
pulang kembali menuju hotel. Mengapa kami tidak menginap di rumah bapake?
Karena saat covid khawatir membuat tidak nyaman suasana bila rumah terlalu banyak
berkumpul orang.
Karena
juga memang tidak ada kamar kosong untuk kami dan kami tidak ingin memaksakan
untuk menginap karena khawatir tiga keluarga kakak-kakak ku yang memiliki beberapa
anak kecil yang tinggal di sana tidurnya terganggu karena kedatangan kami. Pernah
suatu ketika aku terpaksa harus menginap maka satu kamar dikosongkan, itu
membuat aku tidak enak jadinya.
Supir
Grab snagat baik hati karena mau berhenti beberapa saat untuk menunggu aku
membeli oleh-oleh. Sangat jarang yang membuka lapak saat itu. Namun untung saja
ada pedagang alpukat dan ubi cilembu yang bertengger tepat di sebrang pasar. Kebetulan
yang sangat indah karena bapke sangat suka alpukat dan ubi. Seperti merasakan
Mobil Bermasalah dan Hujan Lebat di
Tol
Pagi
hari seusai mendapat jatah sarapan yang sangat memuaskan di hotel membuat aku
kekenyangan. Kami makan sepuasnya. Namun kelelahan yang sangat semalam membuat
kami tertidur pulas dan lupa men charger HP kami yang sudah mati. Alhasil pagi
itu yang rencananya mencari tehnisi terdekat untuk didatangkan di parkiran
hotel sirna sudah. Meski demikian pa suami berusaha mencoba menghidupkan mesin
karena sempat berpikir ini memmang hanya penyakit tua mobil kami saja.
Benar
saja, mobil berhasil menyala dan berjalan normal. Kami pun memuruskan check out
sebelum waktunya untu menyempatkan diri mampir ke Universitas Negeri Jakarta
untuk sekalian legaliser ijazah dan mencari informasi pendidikan di sana. Lalu
kami berharap bisa mampir kembali ke kota Depok kerumah bapake setelahnya lalu
kemudian pulang ke Sukabumi. Namun di pertengahan jalan tak disangka rem
kembali tak bisa di kendalikan.
Mobil
pun berhenti di pinggir jalan. Hal ini bagiku hal terekstrim karena matahari
sudah mulai mneyengat saat itu. Suami pun tidak bisa berhenti di masijid
sekitaran untuk sholat jum’at. Bagi ku ini pengalaman yang sangat ekstrim
karena hingga berjam-jam kami memperbaiki mobil dan tak jadi melegalisir ke UNJ
karena TU sudah tutup.
Kamipun
merencanakan pulang langsung ke Sukabumi dan tidak jadi mampir kembali ke rumah
bapake. Rencana jalan-jalan ke kota Jakarta setelah usai legaliser ijazah
otomatis batal. Begitupula kembali ke rumah bapake dan setidaknya mengunjungi
taman kota Depok. Ya kami pernah menelusuri taman kota Depok yang indah sehingga kami ingin sekali berkunjung kembali kesana. Tak disangka di jalan TOL menuju pulang
kembali ke Sukabumi, rem tidak terkendali dan membuat kami sangat waspada.
Untung saja sudah dekat degan daerah rest area dalam tol tersebut.
Di
rest area kami bertemu dengan beberapa keluarga yang mengalami hal yang sama.
Rupanya permaslahan terjadi saat hujan lebat malam itu di dalam tol sehingga
membuat mobil menjadi tak stabil. Hujan lebat dan deras sekali mengguyur tol
malam itu. Namun setelah beberapa jam kami menunggu dan menenangkan hati
akhirnya pa suami mencoba kembali mesin mobil dan kami pun dapat melanjutkan
kembali perjalnan pulang dan alhamdulillah selamat.
Demikian pengalaman traveling
tersingkat dan terekstrim ke Kota Depok yang membuatku trauma karena sang mobil
tua. Namun untung saja pelayanan hotel dan pemandangan sekitar depok menuju
jakata membuat tidak terlalu ekstrim. Sungguh sesuatu yang snagat berkesan
sebagai sebuah pembelajran. Persiapkan mesin mobil saat berkendara agar lebih aman.
Dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk pengingat para traveling akan mesin
mobil. Juga semoga tulisan ini masih menjalani kaidah-kaidah adab dalam ngeblog. Ok sampai jumpa kembali para traveller di cerita-ceruta traveling saya
berikutnya. 😊
Waaaah... Memang menegangkan ya mbak... Alhamdulillah mbak Sekeluarga tiba di tujuan dan sampai ke rumah lagi dengan aman
BalasHapusWah ikut deh degan nih baca pengalamannya, untung akhirnya bisa jalan lagi ya
BalasHapus